Komunikasi
Terapiutik pada Lansia
Diajukan untuk
memenuhi tugas
Ilmu Keperawatan
Dasar II
Dosen Pembimbing :
Nelwati,MN
Kelompok 9
1. Agna Fara
Hamdala 1311311087
2. Dahlia Lara Sikumalay 1311312012
3. Isny Shafira Aulia 1311311025
4. Melly Elya
Yeriza 1311311022
5. Puti Kulindam Suto 1311311043
6. Siti khadijah Al-Madany 1311311035
7. Sonia Mestika Hernandez 1311311053
8. Tria Wulandari 1311312006
9. Uci Sri Wahyuni 1311311082
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
ANDALAS
2013
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi
Terapiutik pada Lansia”. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada baginda
Rasulullah SAW yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Keperawatan Dasar 2
Universitas Andalas Padang.
Kelancaran
makalah ini tidak terlepas dari do’a dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a.
Ibu
Nelwati,MN sebagai pembimbing yang telah membimbing penulis dan memberi arahan
serta masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
b.
Dan
juga terimakasih kepada orang tua, teman-teman dan saudara yang telah membantu
penulis menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun untuk pembaca di masa yang akan datang.
Nasrun minallahi wafathun qariib wabasyiril
mukmin.
Padang, 17 September 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
i
DAFTAR
ISI.................................................................................................
ii
BAB
I: PENDAHULUAN............................................................................
1
A.
LATAR
BELAKANG................................................................ 1
B. TUJUAN......................................................................................
1
C.
MANFAAT..................................................................................
1
BAB
II: PEMBAHASAN.............................................................................. 1
A.
Pendekatan perawatan lansia
dalam konteks komunikasi....... 2
B.
Prinsip komunikasi
dengan klien lansia..................................... 2
C.
Hambatan Berkomunikasi dengan lansia................................... 4
D.
Teknik dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan.......... 5
E. Perapan Model Komunikasi pada Lansia.................................. 6
BAB
III: PENUTUP...................................................................................... 9
A.
KESIMPULAN............................................................................ 9
B.
SARAN.......................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
dewasa tua atau masa lansia dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
tahun dan 75 tahun. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, defenisi, resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Dibutuhkan
komunikasi yang baik kepada lansia, karena telah banyaknya penurunan kualitas
diri pada lansia.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini untuk mengetahui :
1.
Pendekatan perawatan lansia dalam
konteks komunikasi
2.
Prinsip komunikasi dengan klien
lansia
3. Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
4.
Teknik
dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan
5. Perapan Model Komunikasi pada Lansia
C.
Manfaat
Manfaat
dari penulisan makalah ini untuk dapat memahami :
1.
Pendekatan perawatan lansia dalam
konteks komunikasi
2.
Prinsip komunikasi dengan klien
lansia
3. Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
4.
Teknik
dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan
5. Perapan Model Komunikasi pada Lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Perawatan Lansia dalam
Konteks Komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari
kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2. Pendekatan
psikologis
Pendekatan ini
bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan
waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai
konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena, masalah
pribadi sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini
di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi
dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun
dengan petugas kesehatan,
4. Pendekatan
Spiritual
Perawat harus
bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang
di anutnya terutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.
B.
Prinsip komunikasi dengan
klien lansia
Lansia
sering mengalami gangguan komunikasi disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
- Penurunan penglihatan
Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin
berkuranglah fungsi organ organ tubuhnya. Pada penglihatan, semakin tua
seseorang maka penglihatannya semakin berkurang. Misal lansia tidak dapat lagi
membaca buku tanpa alat bantu, lansia tidak dapat melihat jarak jauh, atau
lansia tidak dapat melihat warna warna dengan tepat.
- Penurunan pendengaran
Pada umumnya lansia terganggu pada
pendengarannya. Lansia sering meminta untuk mengulangi pembicaraan kembali.
- Penurunan wicara
Gangguan wicara pada lansia yaitu lansia tidak dapat
berkomunikasi dengan jelas. Ini di sebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
kurangnya fokus lansia dalam berbicara. Lansia sering kali lupa dengan hal yang
baru saja di bicarakannya.
- Penurunan persepsi
Teknik
komunikasi perawat dan lansia dengan gangguan penglihatan
- Posisi yang dapat dilihat oleh klien, jika buta parsial maka beri tahu secara verbal keberadaan perawat.
- Perawat menyebutkan identitas diri (nama dan perannya)
- Perawat menggunakan nada normal (kondisi lansia tidak mungkin menerima pesan non-verbal secara visual)
- Nada suara perawat memberikan peranan besar dan bermakna bagi lansia
- Jelaskan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan (sebelum melakukan sentuhan)
- ketika perawat akan meninggalkan /mengakhiri komunikasi, informasikan kepada lansia.
- Orientasikan lansia dengan suara-suara yang didengar di sekitarnya
- Orientasikan lansia pada lingkungan bila lansia dipindahkan ke lingkungan yang asing baginya.
Teknik
Komunikasi Perawat dan Lansia dengan Gangguan Pendengaran
- Bentuk Ketulian:
1. Tuli Perseptif
2. Tuli Konduktif: akibat kerusakan struktur penghantar rangsang suara
- Teknik Komunikasi dengan Lansia dengan gangguan Pendengaran:
1. Orientasikan kehadiran perawat
dengan sentuhan
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan berbicara dengan
perlahan untuk memudahkan memahami gerak bibir
3. Posisi perawat di depan tubuh dan pertahankan sikap tubuh dan mimik
wajah yang lazim
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika perawat sdg menguyah
5.Gunakan bahasa pantomim dan gerakan sederhana dan perlahan
6. Gunakan bahasa isyarat/bahasa jari
7. Jika ada sesuatu yang sulit dikomunikasikan maka berikan pesan tulisan atau gambar
Teknik
Komunikasi Perawat dan Lansi dengan Gangguan Wicara
Teknik
komunikasi:
- Perawat memperhatikan gerak bibir dan mimik lansia
- Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan lansia
- Mengendalikan pembicaraan suapaya tidak membahas terlalu banyak topik
- Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi rileks dan perlahan
- Memperhatikan lebih detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik
- Bila perlu berikan bahasa tulisan dan simbol
- Mediator komunikasi adalah aorang terdekat yang mampu mengerti komunikasi lansia.
C. Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
Proses
komunikasi antara perawat dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap
agresif dan sikap nonasertif :
1. Sikap agresif
Sikap ini di tandai dengan :
a. Berusaha
mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang
lain
c. Mempertahankan
haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri
sendiri
e. Mempermalukan
orang lain didepan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
2. Non asertif
Tanda – tanda dari sikap non aserti ini
adalah :
a. Menarik diri bila
di ajak bicara
b. Merasa tidak
sebaik orang lain
c. Merasa tidak
berdaya
d. Tidak berani
mengungkapkan keyakinan
e. Membiarkan orang
lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil
diam
g. Menngikuti
kehendak orang lain
h. Mengorbankan
kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain
D. Teknik dalam Perawatan lansia pada
reaksi penolakan
Penolakan
adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar terhadap
pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata
sesuatu yang merupakan reaksi ketidak siapan lansia menerima perubahan yang
terjadi pada dirinya.
Ada beberapa
langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan penolakan
antara lain :
1. Penolakan segera
reaksi penolakan klien.
Langkah – langkah yang dapat di lakukan
sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara
observasi klien bila sedang mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara
perlahan di mulai dari kenyataan yang merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi
berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan
sampai menolak.
2. Orientasikan klien
lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.
Langkah ini bertujuan mempermudah
proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya
untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam
perencanaan waktu, tempat dan macam, perawatan.
b.
Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan
atau perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan
dan menluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga
atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu
perawat memperolah sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana
atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di
laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu
klien lansia menentukan perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang
bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal -hal
yang dapat di lakukan dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak -pihak lain memuji usaha klien lansia
untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan
hukuman fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.
E. Perapan Model Komunikasi pada Lansia
1. Model komunikasi Shannon
Wever
Tujuan
komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan perilaku
lansia dari penolakan menjadi kooperatif.
Kelebihan model komunikasi ini
melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang berpengaruh. Kekurangan
memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam reaksi penolakan. Tak dapat
melakukan evaluasi sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi pada klien,
karena tak ada feed back.
2. Model SMCR
Kelebihan model SCMR proses komunikasi yang terjadi pada model ini
relatif simple. Model ini akan efektif bila kondisi lansia masih sehat, belum
banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis.
Kekurangan model ini klien tidak
memenuhi syarat seperti yang di tetapkan mempunyai keterampilan, pengetahuan,
pengetahuan, sikap, sistim sosial dan kultur , karena penolakannya.
3. Model Leary
Model ini antar
individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang di
pengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan.
Kelebihannya terjadi interaksi atau
hubungan relationship, hubungan perawat klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat
terselesaiakan .
Kelemahan perawat lebih dominan dan
klien lansia patuh.
4. Model Terapeutik
Model ini
membantu mendorong membantu melaksanakan komunikasi dengan empati, kesesuaian
dan penghargaan. Lansia dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan empati.
Kelebihan dengan tekhnik komunikasi
yang baik lansia akan lebih paham apa yang akan kita bicarakan, kopingnya lebih
efektif.
Kelemahan kondisi empati kurang cocok
diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia dengan reaksi penolakan.
5. Model keyakinan
kesehatan
Menekankan pada
persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya ancaman /
manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
Kelebihan lansia yang mengetahui adanya
ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan
tindakan pencegahan penyakit.
Kelemahan tidak semua lansia merasakan adaanya ancaman
kesehatan.
6. Model komunikasi
kesehatan
Komunikasi yang
berfokus pada transaksi antar profesional kesehatan klien yang sesuai dengan permasalahan
kesehatan klien. Pandangan sistem komunikasi lebih luas yang mencakup tiga
faktor mayor relationsihip , transaksi
dan konteks.
7. Model interaksi
king
Pada model ini intinya adalah
kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia. Perawat harus
mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal yang akan dikomunikasikan.
Kelebihan komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika
lansia sudah kooperatif.
Kelemahan klien lansia dengan reaksi penolakan akan
mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini, karena tidak
kooperatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Banyak
terdapat gangguan komunikasi pada lansia, diantaranya gangguan penglihatan,
pendengaran, wicara dan persepsi.
B.
Saran
Banyak penurunan fungsional
dan psikologi yang terjadi lansia dipengaruhi oleh pertambahan umur. Oleh
karena itu banyak terdapat hambatan dalam proses komunikasi keperawatan
terhadap lanjut usia. Makalah ini meninjau komunikasi perawat dengan lansia
yang membahas bagaimana komunikasi yang baik, yang seharusnya di terapkan
berdasarka model, teknik dan prinsip prinsipnya. Penulis
menyadari makalah yang dibuat jauh dari sempurna untuk itu diharapkan kesediaan
pembaca memberikan kritik dan saran agar dalam penulisan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://akper-kesdam4.ac.id/index
Lilik, M.Azizah.2011.Keperawatan Lanjut
Usia.Edisi Pertama.Graha Ilmu.Jakarta
Rohani.2013.Panduan Praktik Keperawatan
Komunikasi.Intan Sejati.Klaten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar