Kamis, 03 Oktober 2013

keperawatan pada lansia



Komunikasi Terapiutik pada Lansia

Diajukan untuk memenuhi tugas
Ilmu Keperawatan Dasar II



Dosen Pembimbing : Nelwati,MN

Kelompok 9
            1. Agna Fara Hamdala              1311311087
            2. Dahlia Lara Sikumalay         1311312012
            3. Isny Shafira Aulia                 1311311025
            4.  Melly Elya Yeriza                1311311022
            5. Puti Kulindam Suto              1311311043
            6. Siti khadijah Al-Madany      1311311035
            7. Sonia Mestika Hernandez     1311311053
            8. Tria Wulandari                      1311312006
            9. Uci Sri Wahyuni                   1311311082



FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013






Kata Pengantar

             Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapiutik pada Lansia”. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang menjadi rahmat bagi alam semesta.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Keperawatan Dasar 2 Universitas Andalas Padang.
Kelancaran makalah ini tidak terlepas dari do’a dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a.       Ibu Nelwati,MN sebagai pembimbing yang telah membimbing penulis dan memberi arahan serta masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
b.      Dan juga terimakasih kepada orang tua, teman-teman dan saudara yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun untuk  pembaca di masa yang akan datang.
            Nasrun minallahi wafathun qariib wabasyiril mukmin.

              Padang, 17 September 2013
    
                            Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.    LATAR BELAKANG................................................................ 1
B.     TUJUAN...................................................................................... 1
C.    MANFAAT.................................................................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN.............................................................................. 1
A.    Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi....... 2
B.     Prinsip komunikasi dengan klien lansia..................................... 2
C.    Hambatan Berkomunikasi dengan lansia................................... 4
D.    Teknik dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan.......... 5
E.     Perapan Model Komunikasi pada Lansia.................................. 6

BAB III: PENUTUP...................................................................................... 9
A.    KESIMPULAN............................................................................ 9
B.     SARAN.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa dewasa tua atau masa lansia dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 tahun dan 75 tahun. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, defenisi, resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Dibutuhkan komunikasi yang baik kepada lansia, karena telah banyaknya penurunan kualitas diri pada lansia.

B.     Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui :
1.      Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
2.      Prinsip komunikasi dengan klien lansia
3.      Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
4.      Teknik dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan
5.      Perapan Model Komunikasi pada Lansia

C.     Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini untuk dapat memahami :
1.      Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
2.      Prinsip komunikasi dengan klien lansia
3.      Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
4.      Teknik dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan
5.      Perapan Model Komunikasi pada Lansia







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi

1.    Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2.    Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena, masalah pribadi sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3.    Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan  meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan,
4.    Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang di anutnya terutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

B.     Prinsip komunikasi dengan klien lansia
Lansia sering mengalami gangguan komunikasi disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
  1. Penurunan penglihatan
Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin berkuranglah fungsi organ organ tubuhnya. Pada penglihatan, semakin tua seseorang maka penglihatannya semakin berkurang. Misal lansia tidak dapat lagi membaca buku tanpa alat bantu, lansia tidak dapat melihat jarak jauh, atau lansia tidak dapat melihat warna warna dengan tepat.
  1. Penurunan pendengaran
Pada umumnya lansia terganggu pada pendengarannya. Lansia sering meminta untuk mengulangi pembicaraan kembali.
  1. Penurunan wicara
Gangguan wicara pada lansia yaitu lansia tidak dapat berkomunikasi dengan jelas. Ini di sebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kurangnya fokus lansia dalam berbicara. Lansia sering kali lupa dengan hal yang baru saja di bicarakannya.
  1. Penurunan persepsi

Teknik komunikasi perawat dan lansia dengan gangguan penglihatan
  1. Posisi yang dapat dilihat oleh klien, jika buta parsial maka beri tahu secara verbal keberadaan perawat.
  2. Perawat menyebutkan identitas diri (nama dan perannya)
  3. Perawat menggunakan nada normal (kondisi lansia tidak mungkin menerima pesan non-verbal secara visual)
  4. Nada suara perawat memberikan peranan besar dan bermakna bagi lansia
  5. Jelaskan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan (sebelum melakukan sentuhan)
  6. ketika perawat akan meninggalkan /mengakhiri komunikasi, informasikan kepada lansia.
  7. Orientasikan lansia dengan suara-suara yang didengar di sekitarnya
  8. Orientasikan lansia pada lingkungan bila lansia dipindahkan ke lingkungan yang asing baginya.

Teknik Komunikasi Perawat dan Lansia dengan Gangguan Pendengaran
  1. Bentuk Ketulian:
            1. Tuli Perseptif
2. Tuli Konduktif: akibat kerusakan struktur penghantar rangsang suara
  1. Teknik Komunikasi dengan Lansia dengan gangguan Pendengaran:
            1. Orientasikan kehadiran perawat dengan sentuhan
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan berbicara dengan perlahan untuk memudahkan memahami gerak bibir
3. Posisi perawat di depan tubuh dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika perawat sdg menguyah
5.Gunakan bahasa pantomim dan gerakan sederhana dan perlahan
6. Gunakan bahasa isyarat/bahasa jari
7. Jika ada sesuatu yang sulit dikomunikasikan  maka berikan  pesan tulisan atau gambar

Teknik Komunikasi Perawat dan Lansi dengan Gangguan Wicara
Teknik komunikasi:
  1. Perawat memperhatikan gerak bibir dan mimik lansia
  2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan  dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan lansia
  3. Mengendalikan  pembicaraan suapaya tidak membahas terlalu banyak topik
  4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi rileks dan perlahan
  5. Memperhatikan lebih detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik
  6. Bila perlu berikan bahasa tulisan dan simbol
  7. Mediator komunikasi adalah aorang terdekat yang mampu mengerti komunikasi lansia.

C.    Hambatan Berkomunikasi dengan lansia
Proses komunikasi antara perawat dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif :
1.    Sikap agresif
Sikap ini di tandai dengan :
a.    Berusaha mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
b.    Meremehkan orang lain
c.    Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d.    Menonjolkan diri sendiri
e.    Mempermalukan orang lain didepan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
2.    Non asertif
Tanda – tanda dari sikap non aserti ini adalah :
a.    Menarik diri bila di ajak bicara
b.    Merasa tidak sebaik orang lain
c.    Merasa tidak berdaya
d.    Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e.    Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f.      Tampil diam
g.    Menngikuti kehendak orang lain
h.    Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain

D.    Teknik dalam Perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu yang merupakan reaksi ketidak siapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan penolakan antara lain :
1.    Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Langkah – langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a.   Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang mengalami puncak reaksinya.
b.    Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang merisaukan.
c.    Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
2.    Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.
Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a.    Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan macam, perawatan.
b.    Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai      mengenal kenyataan.
c.    Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.
3.    Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat memperolah sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :
a.    Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaannya.
b.    Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal -hal yang dapat di lakukan dalam rangka membantu.
c.    Hendaknya pihak -pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d.    Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

E.     Perapan Model Komunikasi pada Lansia

1.   Model komunikasi Shannon Wever
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif.
Kelebihan model komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang berpengaruh. Kekurangan memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam reaksi penolakan. Tak dapat melakukan evaluasi sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi pada klien, karena tak ada feed back.
2.    Model SMCR
Kelebihan model SCMR  proses komunikasi yang terjadi pada model ini relatif simple. Model ini akan efektif bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis.
Kekurangan model ini klien tidak memenuhi syarat seperti yang di tetapkan mempunyai keterampilan, pengetahuan, pengetahuan, sikap, sistim sosial dan kultur , karena penolakannya.
3.    Model Leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang di pengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan.
Kelebihannya terjadi interaksi atau hubungan relationship,  hubungan perawat  klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat terselesaiakan .
Kelemahan perawat lebih dominan dan klien lansia patuh.
4.    Model Terapeutik
Model ini membantu mendorong membantu melaksanakan komunikasi dengan empati, kesesuaian dan penghargaan. Lansia dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan empati.
Kelebihan dengan tekhnik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang akan kita bicarakan, kopingnya lebih efektif.
Kelemahan kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia dengan reaksi penolakan.
5.    Model keyakinan kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya ancaman / manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
Kelebihan lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.
Kelemahan  tidak semua lansia merasakan adaanya ancaman kesehatan.
6.    Model komunikasi kesehatan
Komunikasi yang berfokus pada transaksi antar profesional kesehatan  klien yang sesuai dengan permasalahan kesehatan klien. Pandangan sistem komunikasi lebih luas yang mencakup tiga faktor mayor  relationsihip , transaksi dan konteks.
7.    Model interaksi king
Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia. Perawat harus mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal yang akan dikomunikasikan.
Kelebihan  komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif.
Kelemahan  klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Banyak terdapat gangguan komunikasi pada lansia, diantaranya gangguan penglihatan, pendengaran, wicara dan persepsi.

B.     Saran
Banyak penurunan fungsional dan psikologi yang terjadi lansia dipengaruhi oleh pertambahan umur. Oleh karena itu banyak terdapat hambatan dalam proses komunikasi keperawatan terhadap lanjut usia. Makalah ini meninjau komunikasi perawat dengan lansia yang membahas bagaimana komunikasi yang baik, yang seharusnya di terapkan berdasarka model, teknik dan prinsip prinsipnya. Penulis menyadari makalah yang dibuat jauh dari sempurna untuk itu diharapkan kesediaan pembaca memberikan kritik dan saran agar dalam penulisan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.


                                                                                  








DAFTAR PUSTAKA

http://akper-kesdam4.ac.id/index
Lilik, M.Azizah.2011.Keperawatan Lanjut Usia.Edisi Pertama.Graha Ilmu.Jakarta
Rohani.2013.Panduan Praktik Keperawatan Komunikasi.Intan Sejati.Klaten
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar